-->

Menanggapi Wacana Program wajib Bahasa Inggris dari Mendikbud


Menanggapi program pemerintah melalui Kemendikbud Nadiem Makariem, Mendikbud baru, penulis blog mendukung rencana pemerintah untuk mewajibkan satuan pendidikan seperti SD MI mempelajari Bahasa Inggris. Namun perlu digarisbawahi bahwa pembelajaran Bahasa Inggris di level sekolah dasar ini perlu dimatangkan dan tidak boleh tergesa-gesa. Tentunya di sana-sini masih terjadi pro-kontra terkait wacana kebijakan tersebut.

Perlu kita ketahui bersama bahwa pendidikan di sekolah dasar orientasi belajarnya adalah calistung(membaca, menulis dan berhitung), jadi mereka masih dalam tahap awal. Bagaimana nanti mereka belajar Bahasa Inggris, sedangkan mereka sendiri masih belajar membaca. Bukankah belajar Bahasa Inggris itu berbeda dengan Bahasa Indonesia. Kita contohkan ketika kita menuliskan kata “one” dalam Bahasa Inggris kita melafalkannya dengan/wan/, ini kontras sekali. Salah satu Karakteristik Bahasa Inggris adalah antara tulisan dan cara membacanya berbeda. Ini menjadi PR bagi Kemdikbud yang hendak mewajibkan SD untuk menguasai Bahasa Inggris.

Inggris SD, Bahasa Inggris SD MI, Nadiem Makariem, Wacana
Inggris di SD perlukah?

Pemaparan contoh di atas adalah satu dari sekian banyak kendala yang akan dihadapi manakala kebijakan itu akan direalisasikan. Ini adalah wajar, karena setiap program itu musti memiliki kelemahan dan kelebihan. Di awal penulis telah mengutarakan bahwa penulis menyetujui usulan dari Pak Menteri tersebut. Ya benar di lapangan kita akan menemui banyak hambatan dan tantangan. Itu bukan berarti kita akan membatalkan rencana realisasi itu. Menurut hemat penulis, Pembelajaran Bahasa Inggris itu tidaklah pembelajaran monoton layaknya kegiatan menulis, belajar tata bahasa atau grammar. Belajar Bahasa intinya adalah kita belajar untuk menggunakannya, berbicara untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Belajar Bahasa itu bukanlah kita belajar text book. Coba kita lihat fenomena yang ada sekarang di Indonesia. Kenapa Orang Indonesia belajar Bahasa Inggris bertahun-tahun di sekolah namun hasilnya nol besar?jawaban yang logis salah satunya adalah mereka belajar dengan model text book, text oriented, printed materials, They learn more grammar that use its language for communicative purpose. Mereka belajar lebih banyak tata bahasa, berbasis teks dan teori-teori. Seharusnya belajar Bahasa itu adalah penerapannya, praktik berbicara, kita membiasakan mereka untuk berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Bukan disodori grammar yang belebihan. Lantas apakah ini salah gurunya? Salah kurikulumnya? Atau salah muridnya? We can’t answer those all. But the important thing is that learning English will be successful if we apply English for daily life.

Di sini saya berpendapat bahwa program Bapak Menteri itu salah satu terobosan brilian yang musti kita apresiasi. Mengapa demikian? Karena beliau berani untuk melakukan hal-hal yang tidak lazim dilakukan sebelumnya. Coba kita lihat betapa beliau sukses dengan bisnis Gojeknya. Strategi, terobosan, dan ide-ide briliantlah yang berbicara di balik kesuksesan itu dan beliau sudah membuktikannya menjadi salah satu businessman hebat di Indonesia. He was the CEO and Co Founder of Gojek, one of the succesfull company in Indonesia. Beliau adalah salah satu orang yang berhasil memperbaiki ekonomi Indonesia dengan terobosan briliannya.
Belajar dari itu semua, saat ini beliau menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia Kabinet Indonesia maju yang dipimpin oleh Bapak Jokowi dan Bapak Ma’ruf Amin, kita perlu mendukung terobosan beliau. Tentunya beliau sudah mempertimbangkan sisi baik buruknya.

Kembali ke Bahasa Inggris, bahwa belajar Bahasa itu seperti layaknya kita belajar pertama kali dari ibu bapak kita, serta lingkungan kita berada. Belajar bahasa itu proses menirukan(imitating process), kita menirukan apa yang di ucapkan, dan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Ternyata proses inilah yang membentuk kosa kata kita, lanjut hingga ekspresi, kalimat dan lainya kita dapatkan secara alamiah. Dan di sini kita memperoleh kemampuan berbahasa. Dengan berjalannya waktu ternyata kita semakin menguasai bahasa itu. Nah, belajar Bahasa apapun intinya sama seperti belajar bahasa ibu.

Nah, belajar dari proses penguasaan bahasa tadi, bahwa belajar Bahasa Inggris tidak jauh beda dengan belajar bahasa pada umumnya. Bahwa belajar Bahasa Inggris itu yang paling penting adalah aplikasinya, atau penerapannya di dalam kita menggunakan bahasa itu untuk tujuan komunikatif. Selama ini kita terlalu menitikberatkan pada text book orinted, grammar dan lainnya sehigga kita pandai Bahasa Inggris pasif saja. Ketika kita disuruh ngomong kita kurang cakap. So, Kurikulum Bahasa Inggris di SD ini perlu digodok secara matang. Pembelajaran Bahasa Inggris perlu mempertimbangkan banyak hal tadi. Bahasa Inggris di SD dapat diberikan dan tidak akan memberatkan mereka. Mereka memiliki potensi untuk menguasainya seperti kita belajar bahasa ibu kita, Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris yang dimaksud adalah bahasa inggris praktis untuk komunikasi bukan emphasis on grammar, theory,text book dan lain sebagainya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Menanggapi Wacana Program wajib Bahasa Inggris dari Mendikbud"

Post a Comment

Maturnuwun geh sampun komentar ten blog kulo

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel