Mungkinkah Bahasa Inggris dijadikan Bahasa Pokok ketiga di Indonesia?
9:33 AM
Add Comment
Tujuan dari pembelajaran
bahasa adalah penguasaan bahasa tersebut untuk keperluan komunikasi. Belajar bahasa
apapun di dunia ini adalah supaya kita dapat menggunakannya dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Betapa hebatnya seseorang,
betapa bagusnya nilai ujian, nilai TOEFL dan lainnya belum dikatakan dia
menguasai Bahasa Inggris. Dia akan mendapatkan predikat menguasai Bahasa
Inggris manakala Bahasa Inggris baginya dapat diterapkan dalam komunikasi dan
kebutuhannya untuk melakukan komunikasi dengan orang lain baik secara
interpersonal maupun transaksional. Sejatinya bahasa yang terpenting adalah
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran Bahasa Inggris
di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak di tingkat Sekolah Dasar bahkan
sudah ada yang memperkenalkannya di TK maupun Playgroup, dari pendidikan
prasekolah hingga perguruan tinggi namun Bahasa Inggris hanya tinggal sebagai
pengetahuan saja. Masyarakat kita tetap saja belum bisa dikatakan menguasai
Bahasa Inggris meskipun bertahun-tahun lamanya kita belajar Bahasa Inggris dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Bukankah kurikulum sudah
dirancang sedemikian rupa, tenaga pendidik sudah digaji dan mereka adalah
tenaga pendidik yang professioanal lulusan sarjana dari pendidikan Bahasa
Inggris? dan pemerintah sudah memberikan pedoman dan buku penunjang yang
lengkap khusus di Sekolah lanjutan. Memang di SD pemerintah belum memiliki arah
yang jelas mengenai bahasa Inggris di SD. Siapa yang patut disalahkan? Apa kita
menyalahkan kurikulum, apa kita menyalahkan tenaga pengajarnya? Atau anak didik
kita yang memang secara IQ kurang?
Coba kita sejenak melihat
di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan India. Kemampuan Bahasa
Inggris di tiga negara tersebut lebih baik daripada negara kita. kenapa bisa
demikian? Bukankah kita sudah belajar Bahasa Inggris sampai begitu lama tetapi
kenapa hasilnya tetap nihil? Ini menjadi pertanyaan dan problem bagi kita
mengapa dan bagaimana cara mengatasi problem tadi.
Sebenarnya jawabannya
sangat sederhana sekali, yaitu Bahasa akan lebih bermakna manakala kita dapat
langsung menggunakannya. Practise makes perfect kata orang bijak. Bagaimana kita
dapat menguasai Bahasa Inggris jika kita orientasinya adalah nilai, kita
belajar Bahasa Inggris tidak secara utuh. Bahasa Inggris orang Indonesia adalah
seperti buku. Indonesian English is like a book. Grammar, vocabulary, hafalan
dan serba tertulis adalah ciri pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris di
negara kita. kita belajar Bahasa Inggris karena tuntutan nilai, karena takut
nilai kita di bawah standar yang pada akhirnya kita tidak akan lulus ujian. Demikian
sekelumit fenomena pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia yang pada endingnya
tidak akan menghasilkan output yang diharapkan seperti yang dijelaskan dalam
kurikulum yang sudah dirancang pemerintah.
Meskipun dalam kurikulum
sudah dirancang sedemikian rupa bagusnya namun kenyataannya tetap saja bangsa
kita susah menguasai Bahasa Inggris. Lulusan secara tertulis memang sudah
memenuhi standar kompetensi seperti yang diharapkan akan tetapi tidak berlaku
di lapangan. Seharusnya jika kita mengacu pada SKL dari SD sampai SLTA saja
seharusnya Bangsa kita sudah menguasai Bahasa Inggris, Bahasa Inggris dari
level performatif, fungsional dan informational.
Jika melihat kondisi real
di lapangan, menurut hemat penulis, pengajaran Bahasa Inggris di sekolah sekolah
pada umumnya lebih menekankan Bahasa tulis, book oriented, grammar oriented,
kebanyakan guru kurang explore dan tidak menggunakan Bahasa untuk tujuan
komunikatif. Seharusnya guru sebagai figure pendidik Bahasa Inggris dapat mendorong
siswa untuk komunikatif berbicara dalam Bahasa Inggris, menggunakan Bahasa
Inggris sebagai Bahasa dalam penyampaian materi. Di dalam mengajar Bahasa
Inggris guru sedikit menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar mengajar.
Masalah selanjutnya adalah
di Indonesia Bahasa Inggris hanya ada di bangku sekolah. Pada umumnya setelah
lulus dari sekolah kita tidak mengenal lagi Bahasa Inggris. kecuali bagi
orang-orang tertentu yang memang menggunakan Bahasa Inggris sebagai
kebutuhannya. Tidak ada follow up setelah kita belajar Bahasa Inggris. Bahasa
Inggris hanya meninggalkan ijazah saja dimana nilai kita tertulis di situ. Apakah
seperti inikah akhir dari Bahasa Inggris kita.
Berikutnya, Bahasa Inggris
di tingkat sekolah dasar belum memiliki kurikulum yang baku, yang standar dan
pasti, kebijakan dan aturan yang pasti, tenaga pengajar yang seadanya. Bahasa
Inggris di sekolah dasar hanya sebagai mulok(Muatan Lokal). Bahasa Inggris di
tingkat ini sangat memprihatinkan. Bahasa inggris diajarkan dengan seadanya.
Berdasarkan pada paparan
penulis di atas, menurut pribadi penulis, Pemerintah sebaiknya melakukan upaya:
Pertama,Pemerintah sudah saatnya memberikan kurikulum dan kebijakan yang
jelas untuk pendidikan Bahasa Inggris di Sekolah dasar. Mengingat Bahasa
Inggris sudah mulai diajarkan di sekolah dasar karena awal dari keberhasilan
penguasaan Bahasa Inggris dimulai dari pendidikan dasar di SD. Bagaimana Bahasa
Inggris akan sukses ke depannya jika pendidikan dasarnya di SD tidak mendapat
perhatian dan keseriusan. Kedua, Bahasa Inggris dijadikan Bahasa ketiga
setelah Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Bahasa akan mudah dikuasai manakala
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat belajar dari negara tetangga
seperti Malaysia, Singapura, India dan lainnya dimana negara-negara tersebut
menjadikan Bahasa Inggris sebagai Bahasa negara setelah Bahasa Nasional. Dengan
Bahasa Inggris dijadikan Bahasa Pokok setelah Bahasa Indonesia dan Bahasa
daerah maka bahasa Inggris dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia sehingga
Bahasa akan mudah dikuasai bangsa kita. Bahasa Inggris tidak hanya ada di
lingkungan sekolah saja. Bahasa Inggris tidak hanya digunakan hanya untuk
kalangan tertentu saja tetapi digunakan oleh masyarakat luas.
0 Response to "Mungkinkah Bahasa Inggris dijadikan Bahasa Pokok ketiga di Indonesia?"
Post a Comment
Maturnuwun geh sampun komentar ten blog kulo